Kamis, 13 April 2017

MAKALAH PROMOSI KESEHATANPERILAKU HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH OBESITAS PADA ANAK - ANAK         
          BAB 1
                                                PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Masalah gizi anak di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa. Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Sedangkan Data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun secara nasional 8,8 persen.
Obesitas pada anak kini telah menjadi masalah yang serius di Indonesia. Permasalahan obesitas tidak hanya masalah kelebihan berat badan. Tetapi juga menimbulkan berbagai ganngguan kesehatan seperti terjadinya diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa), tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung, kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), batu kandung empedu dan batu kandung kemih, gout dan artritis gout , osteoartritis, tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah), sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).
Pendidikan khususnya tentang kesehatan merupakan upaya yang sangat penting sebagai tahap awal dalam mengubah perilaku seseorang atau masyarakat untuk menuju perilaku hidup sehat. Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan melibatkan peran serta orang tua.

1.2  TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui masalah obesitas pada anak- anak
2.      Untuk mengetahui pola perilaku penyebab masalah obesitas pada anak-anak
3.      Untuk mengetahui pola perilaku hidup sehat sehingga bisa mengurangi angka obesitas pada anak- anak
1.3  PERUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana permasalahan obesitas pada anak-anak sampai sekarang ini ?
2.      Apa penyebab terjadinya obesitas pada anak-anak ?
3.      Bagaiamana pola perilaku hidup sehat sehingga bisa mencegah obesitas pada anak-anak ?









                                                  BAB II
                                         PERMASALAHAN
2.1 PERMASALAHAN
Penelitian yang dilakukan di empat belas kota besar di Indonesia, angka kejadian obesitas pada anak tergolong relatif tinggi, antara 10-20% dengan nilai yang terus meningkat hingga kini. Belakangan ini, banyak anak-anak yang sudah kelewat gemuk. Riset mengenai obesitas anak pernah banyak dilakukan misalnya studi terhadap prevalensi obesitas anak di tiga sekolah dasar swasta di kawasan Jakarta Timur berjumlah 27,5%. Kemudian penelitian di Semarang menunjukkan dari 1.730 anak usia enam hingga tujuh tahun, diketahui 12 % menderita obesitas dan 9 % kelebihan berat badan.
Di Indonesia terutama di kota besar prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin bertambah. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada balita baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Perubahan gaya hidup karena pengaruh globalisasi mempengaruhi pola makan dan perkembangan teknologi menurunkan aktifitas anak. Berbagai macam makanan siap santap yang mengandung tinggi energy, tinggi lemak dipertokoan dan berbagai sarana elektronik yang menyebabkan kurang aktifitas tersedia di sekitar kita.
Sayangnya, walaupun masalah ini sudah dapat dikatakan berada pada taraf yang mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para orang tua masih belum memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian besar dari mereka tidak atau belum mengerti bahwa obesitas pada anak dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya. Keadaan ekonomi yang membaik membuat orang tua cenderung bangga mempunyai anak yang gemuk. Persepsi orang tua yang keliru tersebut akan membuat masalah yang besar dan memprihatinkan karena obesitas merupakan keadaan penyebab terjadinya resiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit pada anak dan remaja dan dapat berlanjut pada masa tua. 

Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Obesitas pada anak dapat dihubungkan dengan hiperinsulin, hiperlipid, hipertensi dan intoleransi karbohidrat. Bahkan obesitas pada anak dapat menyebabkan penyakit jantung koroner di masa usia lanjut. Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol.
Edukasi nutrisi anak pada orang tua terus digencarkan, mengingat negeri Indonesia masih memiliki fenomena paradoks pediatrik yang unik, jutaan anak mengalami malnutrisi, sementara di lain sisi jutaan anak pula yang mengalami obesitas. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia.














                                         


     BAB III
                                        PEMBAHASAN
3.1 POLA PERILAKU
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. Ada dua contoh yang menjelaskan perubahan tren dalam kebiasaan makan sekarang. Pertama,orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kesehatan anak mengambil inisiatif untuk memberikan semua jenis makanan yang dianggap dapat memenuhi gizi anak terutama orang tua yang berpendapatan tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk memilih jenis makanan, adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan kesehatan tapi lebih mengarah pada pertimbangan praktis (fast food) yang jika tidak di imbangi dengan aktivitas fisik seimbang akan mempengaruhi jumlah pembakaran kalori tubuh. Kedua, minuman ringan sudah lebih populer ketimbang susu dan air. Menurut buku Overcoming Childhood Obesity, menenggak minuman ringan 600 mililiter saja setiap hari dapat menaikkan berat badan sebanyak 11 kilogram dalam waktu setahun
Menurut Dr. James Hill, profesor ilmu kesehatan anak dan kedokteran di University of Colorado meningkatnya gaya hidup kurang gerak pada anak-anak bukan lagi hal yang unik dan terlihat di kebanyakan negeri di seputar dunia. Para ahli gizi tidak merekomendasikan diet ketat untuk anak, karena hal itu dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan kesehatan anak. Salah satu strategi terbaik untuk memerangi kelebihan berat badan pada anak adalah memperbaiki pola makan dan jumlah olahraga seluruh keluarga.

3.2 PEMBAHASAN
A.    Pengertian Obesitas
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh. Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri. Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik, pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit. Orang tua pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam kesehatan anak tersebut. Namun tidak semua anak yang gemuk dikategorikan sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata, selain itu juga memiliki kadar lemak yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. Jadi akan kelihatan seperti anak yang memiliki obesitas perlu diketahui obesitas pada anak tidak bisa dilihat dari ukuran badan anak tersebut. Dalam hal ini dokter berperan penting untuk memeriksa apakah anak itu termasuk anak yang memiliki obesitas.



B.     Penyebab dan Penanganan obesitas pada anak-anak
Ada berbagai penyebab yang membuat seorang anak mengalami berat berlebih
Berikut beberapa penyebab dan penanganan obesitas :
1. Kebiasaan Makan yang Buruk
Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian (grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah. Penanganan : Merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat. Batasi tingkat konsumsi fast food dan semacamnya. Perbanyak konsumsi sayur, buah dan menu bergizi lainnya.
2. Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang seharusnya ia konsumsi. Penanganan : Melakukan diet makanan agar jumlah kalori, lemak maupun zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi setiap harinya dan tidak berlebihan.
3. Tidak Aktif Secara Fisik
Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak. Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka. Penanganan : Latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main game atau nonton TV dan ganti dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.
C.     Tata laksana obesitas pada anak-anak
1.      Tujuan
Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja adalah menyadarkan tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang kurang serta memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap
2. Pengaturan makan
a.    Pada bayi
-      Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu formula perhatikan takaran dan volume pemberian susu
-      makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi mulai diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan, botol mulai dihilangkan umur 1 tahun
-      Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus
b.    Anak usia pra sekolah (1 - 3 th)
-      Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak, margarine)
-      Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan
-      Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan kalori dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama tumbuh kembang otak
c.    Anak usia sekolah (4 - 6 th)
Hal - hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori dengan pengawasan yang ketat
d.    Anak usia remaja
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori diberikan bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan berat abdan karena pertumbuhan linier masih berlangsung, penurunan berat badan cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan ideal
3.     Modifikasi Perilaku
a.    Monitor diri sendiri. Anak dilatih untuk memonitor asupan makan dan aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
b.    Stimulus kontrol. Bermacam - macam kejadian yang memicu keinginan makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk meminimalkan penglihatan terhadap makanan
c.    Perubahan perilaku. Contoh: kebiasaan makan cepat dirubah perlahan lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack
d.    Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat badan
e.    Teknik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi, misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk menekankan agar tidak makan berlebihan
4.      Aktivitas fisik dan olahraga
a.    Sesuai dengan hobi anak
b.    Menambah kegiatan/aktifitas fisik, misal berangkat sekolah jalan kaki, lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift
c.     Mengurangi aktifitas yang pasif, misal menonton TV, bermain videogame, membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari)
5.       Partisipasi orang tua
Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak. Sekurang kurangnya salah satu orang tua ikut secara intesif dalam program perawatan anak. Penelitian menapatkan bahwa kelompok anak yang orang tua ikut berpartisipasi, berat badannya turun lebih banyak dan tetap stabil.
D.    Cara Mencegah Obesitas pada Anak-anak
  • Membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar kalori dan gula yang tinggi dengan mengganti buah-buahan dan sayur-sayuran seperti jus buah, agar-agar , kripik sayur dan susu rendah lemak
  • Memberi contoh perilaku makan yang baik pada anak
  • Mengajarkan anak  untuk makan lebih lambat dan menikmatinya,karena makan dengan pelan cenderung akan membuat anak akan merasa lebih cepat kenyang dan tidak akan makan berlebihan
  • Melakukan makan bersama secara keluarga sesering mungkin
  • Makanan cepat  saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara berlebihan
  • Jangan makan sambil beraktivitas misalnya menonton TV
  • Memilih makan yang sehat ketika berada di luar rumah
  • Melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik selama 60 menit setiap hari
  • Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki,bulu tangkis naik sepeda bisa juga berenang
  • Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat bersekolah







                                               






BAB IV
                                              PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Obesitas pada anak terjadi karena faktor keturunan dan lingkungan. Anak yang mengalami obesitas akan mudah terinfeksi, hipertensi, diabetes mellitus dan sindrom metabolik. Beberapa akibat yang dikaitkan dengan obesitas akan memicu munculnya penyakit kardiovaskuler.
Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa, karena penyebab obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Penurunan berat badan bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas anak. Perubahan pola makan dan perilaku hidup sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam penanganan obesitas pada anak . Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas dan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.

4.2 KRITIK
Obesitas yang terjadi pada anak bukan sepenuhnya dari perilaku anak itu sendiri tapi dari perilaku orang tua yang kurang memperhatikan perilaku dan pola makan anak. Mereka hanya mengikuti kemauan anak tanpa berpikir makanan itu sehat dan berpengaruh terhadap kesehatan anak atau tidak. Ada sebagian besar orang tua yang senang jika anaknya gemuk tapi sebenarnya kelebihan berat badan yang tidak sesuai dengan umur anak akan berdampak pada kesehatan anak misalnya dengan memicu terjadinya penyakit-penyakit kardivaskuler. Untuk itu peran orang tua yang paling besar dalam mengontrol tumbuh kembang anak serta gizi yang diperlukan oleh anak.

4.3 SARAN
1. Menjadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal yang wajib bagi keluarga sehingga dapat di ikuti oleh anak-anak
2. Sebagai orang tua hendaknya memperhatikan perilaku makan anak sehingga dengan pola makan makanan yang sehat dan bergizi dan jangan memanjakan anak sering mengonsumsi junk food
3. Perbiasakan anak untuk sering berolahraga
















                                    DAFTAR PUSTAKA
Aggoun, Y. 2007. Obesity, metabolic syndrom, and cardiovascular disease.           Pediatric          Research 61(6): 653-659
Andra. 2007. Sindrom metabolik usia dini. Racikan Utama 6(10): 1-3
Atabek, M.M., O. Pirgon and A.S. Kivrak. 2007. Evidence for association between           insulin resistance and premature carotid artherosclerosis in       childhood        obesity. Pediatric Research 61(3): 345-349
WHO. Global Strategy on Diet Physical Activity and Health.             http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood_what/en/ diperoleh       tanggal 10 Oktober 2014
IDAI. http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-perannya-dalam-   pencegahan-obesitas.html. diperoleh 19 Oktober 2015
Riskesdas.http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Risk esdas2013.PDF
Suryo. (1990). Obesitas Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Http://marlinalamid.wordpress.com/obesitas pada anak
Arul.2009.Obesitas.(Online),  http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesita/ , diakses 14 April 2014.
               Fadilah.2011.Obesitas dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit             Dalam.(Online),http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesit  as-dan-penyakit-jantung-koroner.html, diakses 14 April 2014.
Gusmiati.2011.FastFood,pemicuobesitasdanpenyakitjantung.(Online),(http://www            .prim            aironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan-  penyakit-jantung,diakses 14 April 2014.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar