MAKALAH PROMOSI KESEHATANPERILAKU HIDUP SEHAT
UNTUK MENCEGAH OBESITAS PADA ANAK - ANAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Masalah
gizi anak di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah
gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah
gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada
anak-anak hingga usia dewasa. Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis
akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Prevalensi
obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap
oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Obesitas
di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya
angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di
Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia
mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu
sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari. Prevalensi obesitas di Indonesia
mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan.
Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas
umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki
13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak
usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir
sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Sedangkan
Data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun
secara nasional 8,8 persen.
Obesitas pada anak kini
telah menjadi masalah yang serius di Indonesia. Permasalahan obesitas tidak
hanya masalah kelebihan berat badan. Tetapi juga menimbulkan berbagai ganngguan
kesehatan seperti terjadinya diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa), tekanan
darah tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal
jantung, kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar), batu kandung empedu dan batu kandung kemih, gout dan artritis gout ,
osteoartritis, tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika
sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah), sindroma
Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).
Pendidikan khususnya
tentang kesehatan merupakan upaya yang sangat penting sebagai tahap awal dalam
mengubah perilaku seseorang atau masyarakat untuk menuju perilaku hidup sehat.
Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan
melibatkan peran serta orang tua.
1.2 TUJUAN
MASALAH
1. Untuk
mengetahui masalah obesitas pada anak- anak
2. Untuk
mengetahui pola perilaku penyebab masalah obesitas pada anak-anak
3. Untuk
mengetahui pola perilaku hidup sehat sehingga bisa mengurangi angka obesitas
pada anak- anak
1.3 PERUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
permasalahan obesitas pada anak-anak sampai sekarang ini ?
2. Apa
penyebab terjadinya obesitas pada anak-anak ?
3. Bagaiamana
pola perilaku hidup sehat sehingga bisa mencegah obesitas pada anak-anak ?
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 PERMASALAHAN
Penelitian
yang dilakukan di empat belas kota besar di Indonesia, angka kejadian obesitas
pada anak tergolong relatif tinggi, antara 10-20% dengan nilai yang terus meningkat
hingga kini. Belakangan ini, banyak anak-anak yang sudah kelewat gemuk. Riset
mengenai obesitas anak pernah banyak dilakukan misalnya studi terhadap
prevalensi obesitas anak di tiga sekolah dasar swasta di kawasan Jakarta Timur
berjumlah 27,5%. Kemudian penelitian di Semarang menunjukkan dari 1.730 anak
usia enam hingga tujuh tahun, diketahui 12 % menderita obesitas dan 9 %
kelebihan berat badan.
Di Indonesia terutama di
kota besar prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan peningkatan prevalensi
obesitas pada balita baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Perubahan gaya
hidup karena pengaruh globalisasi mempengaruhi pola makan dan perkembangan
teknologi menurunkan aktifitas anak. Berbagai macam makanan siap santap yang
mengandung tinggi energy, tinggi lemak dipertokoan dan berbagai sarana
elektronik yang menyebabkan kurang aktifitas tersedia di sekitar kita.
Sayangnya, walaupun masalah ini sudah dapat dikatakan
berada pada taraf yang mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para
orang tua masih belum memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian
besar dari mereka tidak atau belum mengerti bahwa obesitas pada
anak dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya. Keadaan ekonomi yang membaik membuat
orang tua cenderung bangga mempunyai anak yang gemuk. Persepsi orang tua yang
keliru tersebut akan membuat masalah yang besar dan memprihatinkan karena
obesitas merupakan keadaan penyebab terjadinya resiko yang berhubungan dengan
berbagai macam penyakit pada anak dan remaja dan dapat berlanjut pada masa
tua.
Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Obesitas
pada anak dapat dihubungkan dengan hiperinsulin, hiperlipid, hipertensi dan
intoleransi karbohidrat. Bahkan obesitas pada anak dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner di masa usia lanjut. Penyakit jantung
koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup enak”, yaitu terlalu
banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol.
Edukasi nutrisi anak pada orang tua terus
digencarkan, mengingat negeri Indonesia masih memiliki fenomena paradoks
pediatrik yang unik, jutaan anak mengalami malnutrisi, sementara di lain sisi
jutaan anak pula yang mengalami obesitas. Hal ini semakin menjadi dengan kian
membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu
dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagian masyarakat di Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
POLA PERILAKU
Secara
ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan
beberapa faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Obesitas cenderung
diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga
tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang
bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor
gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
Gen
merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang
makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah
pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. Ada dua
contoh yang menjelaskan perubahan tren dalam kebiasaan makan sekarang.
Pertama,orang tua sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan anak mengambil inisiatif untuk memberikan
semua jenis makanan yang dianggap dapat memenuhi gizi anak terutama orang tua
yang berpendapatan tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk memilih jenis
makanan, adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah
makanan tidak lagi berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan kesehatan tapi lebih
mengarah pada pertimbangan praktis (fast food) yang jika tidak di
imbangi dengan aktivitas fisik seimbang akan mempengaruhi jumlah pembakaran
kalori tubuh. Kedua, minuman ringan sudah lebih populer ketimbang
susu dan air. Menurut buku Overcoming Childhood Obesity, menenggak minuman
ringan 600 mililiter saja setiap hari dapat menaikkan berat badan sebanyak 11 kilogram
dalam waktu setahun
Menurut Dr. James Hill,
profesor ilmu kesehatan anak dan kedokteran di University of Colorado meningkatnya
gaya hidup kurang gerak pada anak-anak bukan lagi hal yang unik dan terlihat di
kebanyakan negeri di seputar dunia. Para ahli gizi tidak merekomendasikan diet
ketat untuk anak, karena hal itu dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan
kesehatan anak. Salah satu strategi terbaik untuk memerangi kelebihan berat
badan pada anak adalah memperbaiki pola makan dan jumlah olahraga seluruh
keluarga.
3.2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah
akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh
tubuh. Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu
identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri. Secara klinis
obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang
khas yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek,
dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut
membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki laki penis
tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik, pada anak
perempuan indikasi menstruasi dini.
Kelebihan berat badan pada anak yang
tidak wajar disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit. Orang tua
pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam
kesehatan anak tersebut. Namun tidak semua anak yang gemuk dikategorikan
sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki
kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata, selain itu juga memiliki kadar lemak
yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. Jadi akan kelihatan seperti anak
yang memiliki obesitas perlu diketahui obesitas pada anak tidak bisa
dilihat dari ukuran badan anak tersebut. Dalam hal ini dokter berperan penting
untuk memeriksa apakah anak itu termasuk anak yang memiliki obesitas.
B. Penyebab dan
Penanganan obesitas pada anak-anak
Ada berbagai penyebab yang membuat seorang anak
mengalami berat berlebih
Berikut beberapa penyebab
dan penanganan obesitas :
1.
Kebiasaan Makan yang Buruk
Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah,
sayur dan biji-bijian (grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis
maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih
karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi lemak dan kalori tetapi
memiliki nilai gizi yang rendah. Penanganan
: Merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat. Batasi tingkat konsumsi
fast food dan semacamnya. Perbanyak konsumsi sayur, buah dan menu bergizi
lainnya.
2. Faktor
Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang
anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga
berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa faktor
keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat berlebih. Hal ini akan
muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang seharusnya ia
konsumsi. Penanganan : Melakukan
diet makanan agar jumlah kalori, lemak maupun zat lain yang dibutuhkan oleh
tubuh terpenuhi setiap harinya dan tidak berlebihan.
3. Tidak
Aktif Secara Fisik
Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk
lebih banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer
maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak. Jika konsumsi kalori dan
lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak membakarnya, maka obesitas pada anak
akan terjadi pada mereka. Penanganan : Latih
anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main game atau nonton TV dan ganti
dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.
C. Tata laksana obesitas pada anak-anak
1.
Tujuan
Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan
remaja adalah menyadarkan tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang
kurang serta memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak dan orang
tua. Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap
2.
Pengaturan makan
a. Pada bayi
- Sebaiknya
diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu formula perhatikan takaran dan
volume pemberian susu
- makanan
padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi mulai diperkenalkan minum
dengan cangkir umur 7 -8 bulan, botol mulai dihilangkan umur 1 tahun
- Pemberian
sayur dan buah jangan sampai terputus
b. Anak usia pra sekolah (1 - 3
th)
- Hindari
makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan lemak untuk memasak. (mi
sal : santan, minyak, margarine)
- Berikan
sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan
- Gunakan
susu rendah lemak atau tanpa lemak
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan
pengurangan kalori dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB
secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan kalori dibawah
kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan defisiensi zat
gizi yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama
tumbuh kembang otak
c. Anak usia sekolah (4 - 6 th)
Hal - hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra
sekolah. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal
pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori dengan
pengawasan yang ketat
d. Anak usia remaja
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap
kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori diberikan bertahap
sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan
seluruh kelebihan berat abdan karena pertumbuhan linier masih berlangsung,
penurunan berat badan cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan
ideal
3. Modifikasi
Perilaku
a. Monitor diri sendiri. Anak dilatih
untuk memonitor asupan makan dan aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
b. Stimulus kontrol. Bermacam -
macam kejadian yang memicu keinginan makan atau makan berlebihan, contoh :
makan sambil menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak
dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk meminimalkan
penglihatan terhadap makanan
c. Perubahan perilaku. Contoh:
kebiasaan makan cepat dirubah perlahan lahan, mengontrol besar porsi sehingga
merasa puas dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack
d. Memberikan imbalan apabila
anak berhasil menurunkan berat badan
e. Teknik perilaku kognitif,
yaitu mengembangkan teknik pemecahan masalah, seperti merencanakan untuk
situasi dengan resiko tinggi, misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan
untuk menekankan agar tidak makan berlebihan
4. Aktivitas
fisik dan olahraga
a. Sesuai dengan hobi anak
b. Menambah kegiatan/aktifitas
fisik, misal berangkat sekolah jalan kaki, lebih baik naik tanga dari pada
menggunakan lift
c. Mengurangi aktifitas
yang pasif, misal menonton TV, bermain videogame, membaca buku, dll. (maksimal
2 jam sehari)
5.
Partisipasi orang tua
Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak.
Sekurang kurangnya salah satu orang tua ikut secara intesif dalam program
perawatan anak. Penelitian menapatkan bahwa kelompok anak yang orang tua ikut
berpartisipasi, berat badannya turun lebih banyak dan tetap stabil.
D. Cara Mencegah Obesitas pada Anak-anak
- Membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar
kalori dan gula yang tinggi dengan mengganti buah-buahan dan sayur-sayuran
seperti jus buah, agar-agar , kripik sayur dan susu rendah lemak
- Memberi contoh perilaku makan yang baik pada anak
- Mengajarkan anak untuk makan lebih lambat
dan menikmatinya,karena makan dengan pelan cenderung akan membuat anak
akan merasa lebih cepat kenyang dan tidak akan makan berlebihan
- Melakukan makan bersama secara keluarga sesering
mungkin
- Makanan cepat saji sangat tidak baik untuk
di konsumsi secara berlebihan
- Jangan makan sambil beraktivitas misalnya
menonton TV
- Memilih makan yang sehat ketika berada di luar
rumah
- Melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik
selama 60 menit setiap hari
- Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan
kaki,bulu tangkis naik sepeda bisa juga berenang
- Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda
pada saat bersekolah
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Obesitas
pada anak terjadi karena faktor keturunan dan lingkungan. Anak yang mengalami
obesitas akan mudah terinfeksi, hipertensi, diabetes mellitus dan sindrom
metabolik. Beberapa akibat yang dikaitkan dengan obesitas akan memicu munculnya
penyakit kardiovaskuler.
Penanggulangan obesitas pada anak
lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa, karena penyebab obesitas yang
multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Penurunan berat
badan bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas anak. Perubahan pola
makan dan perilaku hidup sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang
menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya dilakukan secara terapadu
antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta
orang tua memegang peranan penting dalam penanganan obesitas pada anak .
Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas dan harus dimulai
sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.
4.2
KRITIK
Obesitas
yang terjadi pada anak bukan sepenuhnya dari perilaku anak itu sendiri tapi
dari perilaku orang tua yang kurang memperhatikan perilaku dan pola makan anak.
Mereka hanya mengikuti kemauan anak tanpa berpikir makanan itu sehat dan
berpengaruh terhadap kesehatan anak atau tidak. Ada sebagian besar orang tua
yang senang jika anaknya gemuk tapi sebenarnya kelebihan berat badan yang tidak
sesuai dengan umur anak akan berdampak pada kesehatan anak misalnya dengan
memicu terjadinya penyakit-penyakit kardivaskuler. Untuk itu peran orang tua
yang paling besar dalam mengontrol tumbuh kembang anak serta gizi yang
diperlukan oleh anak.
4.3
SARAN
1.
Menjadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal yang wajib bagi keluarga sehingga
dapat di ikuti oleh anak-anak
2.
Sebagai orang tua hendaknya memperhatikan perilaku makan anak sehingga dengan
pola makan makanan yang sehat dan bergizi dan jangan memanjakan anak sering mengonsumsi
junk food
3.
Perbiasakan anak untuk sering berolahraga
DAFTAR
PUSTAKA
Aggoun,
Y. 2007. Obesity, metabolic syndrom, and cardiovascular disease. Pediatric Research 61(6): 653-659
Andra.
2007. Sindrom metabolik usia dini. Racikan Utama 6(10): 1-3
Atabek,
M.M., O. Pirgon and A.S. Kivrak. 2007. Evidence for association between insulin
resistance and premature carotid artherosclerosis in childhood obesity.
Pediatric Research 61(3): 345-349
WHO. Global Strategy on Diet Physical Activity and Health. http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood_what/en/
diperoleh tanggal 10 Oktober 2014
IDAI. http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-perannya-dalam- pencegahan-obesitas.html.
diperoleh 19 Oktober 2015
Riskesdas.http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Risk esdas2013.PDF
Suryo. (1990). Obesitas
Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Http://marlinalamid.wordpress.com/obesitas pada anak
Arul.2009.Obesitas.(Online),
http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesita/ , diakses 14 April 2014.
Fadilah.2011.Obesitas dan
Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit Dalam.(Online),http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesit as-dan-penyakit-jantung-koroner.html, diakses
14 April 2014.
Gusmiati.2011.FastFood,pemicuobesitasdanpenyakitjantung.(Online),(http://www .prim aironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan- penyakit-jantung,diakses 14 April 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar